Cerita Ekonom RI Berhasil Lewati Krisis Moneter 1998
Dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) Anggito Abimanyu dalam bukunya menjelaskan kondisi perekonomian Indonesia saat ini cukup kuat dari tekanan ekonomi eksternal.
Menurut Anggito, Indonesia bahkan pernah melewati turbulensi atau guncangan ekonomi pada 1998 lalu. Turbulensi tersebut buntut dari krisis mata uang Thailand.
“20 tahun lalu, terjadi krisis yang hampir menyeret negara penting di Asia. Indonesia terkena krisis yang berasal dari kejatuhan mata uang Thailand dibandingkan dolar AS. Krisis nilai tukar itu bertiup ke belahan selatan hingga turut menyeret rupiah dan ringgit,” ujar Anggito dalam launching dan bedah buku Menyimak Turbulensi Ekonomi: Pengalaman Empiris Indonesia di kampus PPM Manajemen, Jakarta, Senin (15/4/2019).
Dia menjelaskan hal tersebut membawa Indonesia ke dalam jurang krisis yang parah. Hal ini karena pondasi ekonomi, relasi sosial hingga sistem politik dan aspek budaya turut terpengaruh.
Anggito juga menjelaskan memang pada 1998 sektor perbankan dan sektor keuangan Indonesia menjadi korban terparah.
“Inggris dan Amerika Serikat termasuk dalam kategori negara atas angin itu. Indonesia? Tentu masuk kategori negara bawah angin,” tulis Anggito dalam bukunya.
Kemudian, akibat kondisi tersebut ekonomi dunia melambat, perdagangan lesu hingga terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK). Sektor keuangan di AS dan Inggris juga negatif.
Indonesia juga terjerat krisis karena kondisi makro ekonomi yang tidak sekuat negara lain. Inflasi cukup tinggi kala itu, neraca transaksi berjalan negatif dan menyentuh ambang batas, impor sangat cepat dibanding ekspor dan cadangan devisa yang belum dalam jumlah aman.